ads

Slider[Style1]

Style2 a

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Style 6


http://farid.my.id/cicak-bisa-menempel
Cuaca siang menjelang sore di tepi sungai mendesak semua binatang untuk lebih memilih tidur di kolong masing-masing. Cicaka sang Kakak Cicak dan Si Ciciki adik Cicak juga asyik dengan tidur siangnya di balik tembok rusak di rumah usang 3 meter dari tepi sungai. Begitu juga dengan binatang lainnya. Tetapi tidak untuk barisan semut yang sibuk mondar-mandir untuk bersiaga di tepi sungai. Ada lagi, barisan semut lainnya yang sibuk dengan urusan makanan mereka.
“Tumpuk makanan itu di lubang tanah sebelah sana!” Instruksi Sang pemimpin semut dengan menunjuk ke arah lubang tanah dekat dengan pohon mangga
Begitulah seterusnya sang pemimpin mengatur para prajurit semut. Hingga akhirnya Cicaka dan Ciciki terbangun oleh ramainya kegiatan semut-semut itu.
http://jeqweb.com/gambar-mewarnai-semut-gratis/
“Hei... Sedang apa kalian? Apa kalian tidak tahu kalau aku sedang tidur?” Tiba-tiba Cicaka sang kakak cicak berteriak
“Hai Cicaka apa kau tidak bersiap-siap untuk musim dingin? Musim dingin akan segera tiba. Makanan-makanan akan sulit didapatkan “ Jelas Pemimpin semut
“Ah untuk apa aku repot-repot seperti kalian. Aku cukup menyusuri dinding dan menangkap beberapa lalat dan nyamuk yang beterbangan sudah cukup. Kau tidak tahu betapa panjang dan kuatnya lidahku untuk menangkap mangsa. “ Jawab Cicaka menyombongkan dirinya sedangkan Ciciki hanya diam mendengar celoteh kakaknya yang arogan itu
Akhirnya, Cicaka dan Ciciki memutuskan untuk kembali ke tempatnya.
Hari demi hari telah terlewati. Hingga tibalah musim dingin. Dimana tidak ada satupun makanan yang disediakan alam. Yang ada di setiap tempat hanyalah bongkahan es dan es. Hingga pada malam hari terjadilah badai salju yang amat menakutkan. Badai itu berangsur-angsur lamanya menerpa hingga membuat semua binatang hanya dapat bersembunyi di tempatnya masing-masing
“Kak, aku lapar ...” Ciciki merengek bahkan sampai menangis di depan Cicaka Kakaknya
“Sabar .... Kakak juga lapar tapi diluar sana masih badai salju kakakpun tak berani keluar” Kata Cicaka mencoba untuk menenangkan sang adik
Hingga pada akhirnya tiba-tiba Badai Salju mulai mereda. Cicaka mencoba keluar dari tempat persembunyiannya untuk mencari makanan. Tetapi alangkah sia-sianya Cicaka. Tak satupun ia temui makan. Hingga akhirnya ia membeku dan untung saja ada serombongan semut yang baik hati mau menolongnya dan juga Ciciki. Rombongan semut itu bahkan memberikan sebagian makanannya untuk Cicaka dan Ciciki.
“Kenapa kau tak membiarkan saja kami mati kelaparan?” Tanya Cicaka kepada Pemimpin Semut
“Tidak Cicaka, bagaimanapun kita sama-sama ciptaan Tuhan yang harus saling menolong sesama.” Jawab Sang Pemimpin Semut dengan tersenyum
“Maafkan aku yang sombong tak ingin mendengarkan peringatan dari kalian.” Cicaka menyesali perbuatannya
Akhirnya Cicaka dan Ciciki hidup dengan serombongan semut yang baik hati. Bahkan seusai musim dingin ketika mereka bertemu di jalan masih bertegur sapa.

Sebarkan ya...
Share on Google Plus
«
Berikutnya
Posting Lebih Baru
»
Sebelumnya
Posting Lama

Komentar Facebook :

Komentar dengan Akun Google :

Tidak ada komentar:


Top