http://farid.my.id/cicak-bisa-menempel |
“Tumpuk makanan itu di lubang tanah sebelah sana!” Instruksi Sang pemimpin semut dengan menunjuk ke arah lubang tanah dekat dengan pohon mangga
Begitulah seterusnya sang pemimpin mengatur para prajurit semut. Hingga akhirnya Cicaka dan Ciciki terbangun oleh ramainya kegiatan semut-semut itu.
http://jeqweb.com/gambar-mewarnai-semut-gratis/ |
“Hai Cicaka apa kau tidak bersiap-siap untuk musim dingin? Musim dingin akan segera tiba. Makanan-makanan akan sulit didapatkan “ Jelas Pemimpin semut
“Ah untuk apa aku repot-repot seperti kalian. Aku cukup menyusuri dinding dan menangkap beberapa lalat dan nyamuk yang beterbangan sudah cukup. Kau tidak tahu betapa panjang dan kuatnya lidahku untuk menangkap mangsa. “ Jawab Cicaka menyombongkan dirinya sedangkan Ciciki hanya diam mendengar celoteh kakaknya yang arogan itu
Akhirnya, Cicaka dan Ciciki memutuskan untuk kembali ke tempatnya.
Hari demi hari telah terlewati. Hingga tibalah musim dingin. Dimana tidak ada satupun makanan yang disediakan alam. Yang ada di setiap tempat hanyalah bongkahan es dan es. Hingga pada malam hari terjadilah badai salju yang amat menakutkan. Badai itu berangsur-angsur lamanya menerpa hingga membuat semua binatang hanya dapat bersembunyi di tempatnya masing-masing
“Kak, aku lapar ...” Ciciki merengek bahkan sampai menangis di depan Cicaka Kakaknya
“Sabar .... Kakak juga lapar tapi diluar sana masih badai salju kakakpun tak berani keluar” Kata Cicaka mencoba untuk menenangkan sang adik
Hingga pada akhirnya tiba-tiba Badai Salju mulai mereda. Cicaka mencoba keluar dari tempat persembunyiannya untuk mencari makanan. Tetapi alangkah sia-sianya Cicaka. Tak satupun ia temui makan. Hingga akhirnya ia membeku dan untung saja ada serombongan semut yang baik hati mau menolongnya dan juga Ciciki. Rombongan semut itu bahkan memberikan sebagian makanannya untuk Cicaka dan Ciciki.
“Kenapa kau tak membiarkan saja kami mati kelaparan?” Tanya Cicaka kepada Pemimpin Semut
“Tidak Cicaka, bagaimanapun kita sama-sama ciptaan Tuhan yang harus saling menolong sesama.” Jawab Sang Pemimpin Semut dengan tersenyum
“Maafkan aku yang sombong tak ingin mendengarkan peringatan dari kalian.” Cicaka menyesali perbuatannya
Akhirnya Cicaka dan Ciciki hidup dengan serombongan semut yang baik hati. Bahkan seusai musim dingin ketika mereka bertemu di jalan masih bertegur sapa.
Tidak ada komentar: